Search

26 Apr 2011

Wartawan Legendaris Indonesia Rosihan Anwar

Layak jika orang menjuluki Rosihan Anwar adalah tokoh besar jurnalisme yang tumbuh di negeri ini. Dia adalah wartawan sejati. Tiga perempat hidupnya dihabiskan di dunia jurnalistik. Bahkan sebelum ia dipanggil Tuhan di usia 89 tahun pada hari Kamis 14 April 2011 lalu, Rosihan masih tetap melakukan kegiatan menulis kendati dia sudah sering bolak-balik ke rumah sakit karena gangguan jantung.

Pengalamannya sebagai wartawan sangat luar biasa. Rosihan Anwar adalah wartawan yang melintasi beberapa zaman. Dari masa penjajahan Jepang, pemerintahan Soekarno, Soeharto, masa reformasi hingga saat ini. Pada awal 1940-an, Rosihan merintis karier sebagai reporter Asia Raya. Dimulai di surat kabar Asia Raya, ia kemudian mendirikan majalah Siasat, juga koran Pedoman. Dia juga pengajar wartawan.

Ketika Agresi Belanda (Clash) ke-II berkecamuk, sebagai wartawan Pedoman, ia ikut sibuk di Yogyakarta, ibu kota Republik waktu itu. Di masa Kemerdekaan, selama enam tahun sejak 1968, ia sempat menjabat Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Ketika kedudukannya digantikan oleh Harmoko (Menteri Penerangan di era Presiden Soeharto), Rosihan menjadi Ketua Pembina PWI Pusat. Sejak itu pula ia banyak menerima ajakan memberikan ceramah dan menjadi penatar berbagai Karya Latihan Wartawan (KLW).

Bersama Usmar Ismail, pada 1950 ia mendirikan perusahaan film Perfini. Dalam film pertamanya, Darah dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah Laguku. Sejak akhir 1981, aktivitasnya di film adalah mempromosikan film Indonesia di luar negeri.

Rosihan anak keempat dari sepuluh bersaudara. Ayahnya, Almarhum Anwar Maharaja Sutan, seorang demang di Padang. Menjelang kelahirannya, sang ayah berkelahi dengan perampok. Seolah-olah hendak melestarikan semangat perlawanannya kepada kebatilan, bayi lelaki yang lahir setelah perkelahian itu diberi nama Rozehan, berarti Sinar Cahaya. Nama pemberian orang tuanya itu belakangan berubah menjadi Rosihan.

Rosihan Anwar menikah dengan Siti Zuraida Binti Moh. Sanawi dan dikaruniai tiga orang anak. Istrinya, Siti Zuraida telah mendahuluinya menghadap Sang Khalik pada September 2010 lalu, dalam usia 87 tahun.

Oleh S. Tasrif, S.H., tokoh pers dan ahli hukum senior, Rosihan dijuluki "A footnote of history" atau "sebuah catatan kaki dalam sejarah." Selamat jalan Pak Ros.


Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar